Minggu, 25 September 2011

Hindari Baca Post yang Satu Ini

Keterbatasan seharusnya tidak menghalangi seseorang untuk berbuat baik.

Suatu kata yang sangat memotivasi namun susah sekali untuk dilakukan. Bagaimana kita mau membantu orang lain ketika sebenarnya diri kita sendiri masih membutuhkan bantuan orang lain? masih belum bisa mandiri sepenuhnya dari dukungan orang lain?. Kerelaan, ketulusan, serta keikhlasan yang luar biasa sangat dibutuhkan untuk bisa melakukannya.

Ya...mau nggak mau saya harus bisa sukses terlebih dahulu sebelum secara intens mau membantu orang lain. Untuk sekarang saya hanya bisa berusaha semaksimal apa yang saya mampu sekarang sekaligus membiasakan diri dan lupa ketika insya Allah sudah sukses... Mulai saat ini harus dibiasakan prihatin, mencoba menahan diri dengan godaan-godaan dunia yang menyenangkan namun hanya bisa dirasa sekejap.

Tolong bagi yang berkesempatan membaca tulisan ini, bantu saya dengan tidak menggoda saya dengan tawaran-tawaran yang berpotensi menghambur-hamburkan duit saya. Jangan membuat iri saya dengan "blink-blink" itu....Silahkan Anda berfoya-foya namun jangan menggoda saya.... *sumpah ini terlalu dibuat2 hahahaha...*

Udah ah stress laporan magangnya...ternyata menulis -walau isinya ngaco- bisa jadi obat stress yang lumayan manjur...

Mari dilanjut bikin laporan magangnya....Sayonara! :D

Minggu, 18 September 2011

Semester 7 dan Saya Semakin Aneh

Peringatan!! dianjurkan untuk tidak membaca kalau tidak suka tulisan yang nggak jelas intinya kemana..

Semester baru!

Akhirnya besok senin perkuliahan semester 7 mulai lagi...err..sebenernya udah dimulai 2 bulan yang lalu, karena magang yang penilaiannya masuk di semester 7 udah dimulai duluan.

Saya menghadapi semester ini dengan berbagai hal yang berbeda dari semester-semester sebelumnya. Saya mulai kontrak rumah bareng temen-temen, mengambil kelas malem, dan mulai merasakan bahwa dalam diri saya terjadi perubahan orientasi dan pandangan tentang apa yang sebenarnya ingin saya raih.

Mengenai yang saya sebut terakhir, berbagai hal seakan-akan secara kebetulan datang dengan membawa pelajaran yang sama bagi saya. Mulai dari bagaimana hidup bersama dengan teman-teman, yang tentunya terasa berbeda dengan ketika kita hidup bersama keluarga; pelajaran-pelajaran dari kegiatan magang, tentang bagaimana berhubungan dengan partner kerja, supervisor, dan tentunya berbagai macam orang yang memiliki latar belakang dan memiliki kepentingan yang berbeda; pelajaran-pelajaran dari buku-buku yang saya baca dengan inti yang hampir sama, yang seolah-olah mereka memang ditakdirkan untuk saya baca; film, walau akhir-akhir ini saya jarang nonton; twitter, tentang bagaimana celetukan-celetukan teman-teman saya tentang bagaimana mereka menyikapi apa yang ada di sekitar mereka; musik, yang walaupun dari lirik tidak ada hubungannya dengan perubahan ini, namun berbagai musik yang saya senang dengarkan akhir-akhir ini seakan-akan memiliki irama yang khas yang selalu membawa saya kepemikiran-pemikiran tertentu ketika mendengarkannya; dan juga yang saya lihat dari pengalaman-pengalaman orang lain dan bagaimana mereka menyikapinya. Tentang apa saja kah perubahan2 pandangan itu? Saya tidak bisa menjelaskannya secara detail sekarang. Namun intinya adalah saya harus bisa melepaskan diri dari menjadi beban orang lain menuju suatu keadaan dimana saya menjadi lebih berguna bagi orang lain.

Mungkin satu contoh, hal ini juga turut mempengaruhi keputusan saya soal kontrak-mengontrak *ngaco bikin istilah*, selain karena pertimbangan saya akan bisa lebih "produktif", sebenernya adalah salah satu bentuk keinginan saya untuk bisa lebih mandiri, bukan hanya mandiri dalam artian hidup tidak bersama dengan keluarga, namun juga mandiri dalam mengatur keuangan. Mungkin timbul pertanyaan: "Kenapa begitu? Kan sama aja, cuman beda tempat doang tapi tetep minta sokongan dari orang tua." Untuk hal ini saya memutuskan untuk lebih prihatin; saya berusaha untuk tidak akan menjadi beban ayah saya lagi, saya harus bisa memenuhi kebutuhan pribadi saya dengan usaha sendiri. Dengan cara seperti apa? Saya juga masih cari solusinya...(benar-benar gambling, namun semoga cepat terselesaikan...aamiin..)

Soal kelas malam. Saya berharap bahwa keputusan untuk mengambil opsi ini akan mempermudah saya untuk dapat mencapai apa yang menjadi tujuan-tujuan saya tersebut, dan menurut saya, dibanding saya mengambil kelas pagi, opsi ini memang akan lebih mampu memberi saya waktu untuk melakukan "hal" itu.

Untuk bisa melakukan hal ini, ada beberapa hal yang perlu saya pegang, salah satunya adalah saya harus bisa sedikit demi sedikit mengurangi "ke-aku-an" dari diri saya. Saya tidak boleh iri dengan berbagai nikmatnya "ke-aku-an" yang dirasakan oleh orang lain sehingga saya putus asa dan hilang komitmen, berbalik lagi menjadi orang yang hanya mementingkan kepuasan pribadi.

Dan di semester 7 ini, saya merasakan bahwa akan terjadi menjadi momentum itu. Jadi, mulai sekarang saya harus mulai membiasakan diri. Saya sudah mencoba di bulan-bulan terakhir ini, dan memang godaannya sangat luar biasa. Perasaan sedih, marah, kesal, iri dan yang paling susah untuk dihindari: pamrih! satu-persatu muncul, ketika saya merasa capek, merasa apa yang saya lakukan sia-sia, merasa tidak adil ketika saya mengharapkan timbal balik tertentu namun saya malah tidak mendapat apa-apa bahkan malah merasa dimanfaatkan......yang semua ini menunjukkan bahwa saya pada dasarnya masih susah untuk melepaskan "ke-aku-an" atau mementingkan diri sendiri. Saya yakin itu semua adalah proses yang harus dihadapi, dan saya hanya perlu untuk menjadi terbiasa dengan hal itu.

Terakhir, semoga saya selalu diberi kebijaksanaan dalam memilih jalan mana yang akan saya tempuh dan diberi petunjuk agar tidak tersesat. Semoga saya selalu disadarkan untuk selalu bisa berkomitmen dan tidak mudah putus asa, karena saya yakin kali ini saya akan berbuat sesuatu yang baik (malu dong udah 21 tapi nggak sadar-sadar!).

 *sumpah saya nggak ngerti abis curcol apaan (takut baca ulang dari atas)*