Sabtu, 01 Mei 2010

Suatu Tulisan Tentang Nilai Ujian

UTS udah selesai sekitar seminggu yang lalu.....dan sekarang adalah waktunya anak2 Universitas bakrie untuk siap2 ketawa, nangis, teriak2 histeris, menyumpahi diri sendiri dan bahkan dosen2 mereka karena nilai yang tertulis di portal dan di kertas ujian mereka..

Ada yang bersyukur karena perjuangan belajar keras mereka selama setengah semester akhirnya membuahkan hasil yang maksimal, tapi ada juga yang merasa hasil yang mereka dapet tidak maksimal. Namun, disisi lain, ada juga yang bener2 senang karena belajar SKS (sistim kebut semalam) mereka sukses berat, dan ada juga yang biasa2 aja liat nilai jelek karena memang mereka merasa sudah merasa ikhlas (tentunya ikhlas karena memang mereka g belajar....hehehe...).

Nah ada hal menarik dari nilai2 hasil ujian ini. Hal ini berkaitan dengan kebijakan dosen dalam penilaian ujian. Ada dosen yang sangat baik dalam menilai hasil ujian mahasiswanya, sehingga hampir seluruh nilai mahasiswanya bagus2. Di lain pihak, ada juga dosen yang sangat pelit dalam memberikan nilai kepada mahasiswanya yang pada akhirnya sering kali mendapat sumpah serapah dari para mahasiswanya (Makanya pak/bu jangan suka ngasih nilai jelek...ntar hidupnya g tenang lho didoain yg jelek2...hehehe). Tapi ada juga yang ngasih nilai bener2 objektif, hasil nilai benar2 mencerminkan apa yang ditulis mahasiswa di lembar ujian tersebut, tanpa ada pengaruh dalam penilaian....

Perbedaan dalam penilaian ini seringkali menyebabkan kecemburuan antara mahasiswa kelas yang diajar dosen yang satu dengan yang lainnya. Bahkan terjadi pula cara penilaian yang berbeda dari kelas-kelas yang diajar dosen yang sama!! Nah gimana tu?? Sebagai contoh, di kelas A, dosen memberikan nilai yang sangat bagus untuk mahasiswanya, tapi di kelas B, dosen yang sama memberikan nilai yang naudzubillah jeleknya ke mahasiswanya, meskipun sebenernya jawaban di kertas ujian anak2 kelas B itu lebih bagus daripada kelas A. Hal ini menurut gue bisa terjadi karena dosen yang memberi nilai sangat subjektif, jika kelas yang diajarnya nurut2, baik2...maka akan diberi nilai yang baik, tapi kalau kelas yang diajarnya bandel2, ribut melulu maka bakal dikasih nilai jelek. Tapi gue menemukan sebab lain yang bikin gue garuk2 kepala....gini ceritanya:

Di semester 2, ada satu mata kuliah yang dosennya mengajar 2 kelas, gue termasuk mahasiswa di salah satu kelasnya. Pada saat liat hasil ujian, kita tercengang karena nilai yang muncul bener2 bikin mulut orang berbusa karena saking jeleknya nilai yang keluar (apa hub nilai jelek ma mulut berbusa ya?). Namun pada akhirnya kita sedikit mendapat angin segar karena kata si dosen nilai ditambah beberapa poin...kita jadi bisa sedikit senyum tu... Tapi senyum itu g bertahan lama, karena setelah tanya ke kelas lain yang diajar dosen itu, ternyata penambahan nilai mereka jauh lebih banyak dari kelas kami. bayangkan di kelas kami nilai 60an palin banter cuman bisa jadi 70an, dan dikelas itu nilai 60an bisa jadi 90!!!!(ini beneran terjadi kawan2!!!). Dan setelah kita protes dan tanya ke dosennya, dia jawab kalo cara penambahan nilai tersebut didasar pada perhitungan statistik yang gue g ngerti dan g dapet korelasi antara nilai dan hitungan tersebut. Tapi intinya, di kelas gue emang persaingan antara mahasiswa lebih ketat daripada kelas yang lain, rentang nilai di kelas gue sangat ketat, sedang rentang nilai tertinggi dan kedua di kelas lain itu sangat jauh, jadi menurut dosen itu, orang yang mendapat nilai tertinggi di kelas lain itu pasti memiliki usaha yang lebih keras jadi layak mendapat tambahan nilai yang lebih banyak.......

Nah, adilkah hal ini??.....karena dalam satu angkatan, terbagi beberapa kelas, yang untuk satu mata kuliah pasti dosen yang mengajar akan berbeda, sehingga tentu saja nilai dari tiap kelas tidak akan bisa dibandingkan. Lalu, bagaimana dalam hal evaluasi ipk? tentunya ipk antar mahasiswa juga g bisa dibandingin kan? sebagai informasi, di kampus gue ada evaluasi untuk menentukan beberapa persen mahasiswa terbaik yang selanjutnya berhak untuk mendapatkan sejumlah reward dari kampus.

Untuk sampai saat ini, gue masih sedikit beruntung, karena sejak semester 1 gue jarang dapet dosen2 yang pelit nilai. Kalau pun gue dapet nilai jelek, itu memang karena gue kurang keras dalam belajar sehingga gue masih bisa ikhlas nerima hasil nilai jelek tersebut.
Dan alhamdulillah, nilai UTS yang sebagian udah keluar juga lumayan bisa melegakan hati dan semoga nilai2 yang belum keluar juga bisa ikut turut serta melukis sebuah senyum manis di bibir gue...(huueek!!!)

Jadi begini lah realitanya...hasil nilai atau ipk dari mahasiswa dalam satu universitas aja sebenarnya g bisa dibandingkan, apalagi dengan universitas lain?

Lalu, apa kesimpulan dari tulisan ini?? Gue juga g ngerti....hahahahha.....dasar setres!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar