Senin, 13 Juni 2011

Mari Melihat Ke "Bawah"

 Jam-jam segini emang jam-jam yang sangat pas buat "galau"...hahaha...

Apa yang ada dalam pikiran saya sekarang? hmm....saya hanya ingin banyak-banyak bersyukur dan mengajak orang bersyukur tentang bagaimana beruntungnya diri kita saat ini.

Saya merasa sangat beruntung dengan apa yang saya nikmati hingga saat ini. Walaupun sederhana, tapi saya mampu mendapatkan segala kebutuhan yang paling dasar yang benar-benar saya butuhkan.

Saya memiliki keluarga yang lengkap (setidaknya pernah lengkap), makan, minum, tempat tinggal yang walaupun sederhana namun mampu mencukupi kebutuhan hidup saya, keberuntungan-keberuntungan saya, beasiswa untuk menikmati pendidikan yang lebih tinggi, kesehatan, anggota tubuh yang lengkap dan berfungsi dengan insya Allah sempurna, dan lain sebagainya yang mungkin hampir semua yang saya rasakan dan alami patut untuk disyukuri.

Hal ini tiba-tiba terpikirkan oleh saya karena akhir-akhir ini saya sering "ditampar" ketika menyaksikan banyak orang, khususnya anak-anak kecil yang jauh kurang beruntung jika dibandingkan dengan saya.

Setiap pulang dari kampus, saya sering melihat anak-anak kecil, yang bahkan tingginya tidak melebihi motor saya, mencari uang receh di traffic light. Mereka ngamen, jualan makanan ringan, berlari-lari berlomba dengan teman-temannya diantara mobil-mobil dan motor-motor yang kadang tidak mau berhenti saat lampu merah. Mereka bermain-main dengan bahaya hanya untuk bisa makan seadanya. Kadang apa yang mereka hasilkan harus disetor ke preman atau apalah namanya. Diantara mereka mungkin ada yang hampir tidak pernah ingat ataupun melihat wajah orangtuanya, mereka lahir di jalan, ataupun dibuang oleh orangtuanya.

Bulan kemarin kebetulan di kampus saya diadakan sebuah acara memperingati Kebangkitan Nasional. Dalam event ini ada sebuah acara yang diisi oleh Sanggar Anak Matahari, sebuah sanggar yang berisikan anak-anak jalanan. Di acara ini mereka membawakan sebuah makna Kebangkitan Nasional dari mata mereka. Satu hal yang menggelitik saya adalah saat mereka menyinggung tentang masalah aturan pemerintah yang melarang masyarakat memberikan secara langsung uang kepada para peminta-minta di jalanan. Saya sempat setuju dengan peraturan itu, namun ketika mendengarkan "teriakan" langsung dari anak-anak jalanan ini saya menjadi sedikit ragu. Yaa...memang dalam setiap memahami sesuatu kita harus tidak terfokus pada satu sisi saja. Mungkin memang niatnya baik, tapi semuanya sering terbentur dengan keadaan dan kenyataan yang ada di lapangan.

Selain dari anak jalanan tadi, saya juga "ditampar" oleh beberapa hal lain. Salah satunya dari kegiatan yang baru saya mulai (semoga konsisten menjalaninya), yaitu kunjungan ke RSCM untuk menjenguk anak-anak yang menderita penyakit kanker. Walau saya baru berkunjung kesana satu kali, namun kunjungan itu cukup membuat saya merasa sangat-sangat beruntung dengan apa yang saya nikmati. Disana saya melihat anak-anak kecil terbaring tidak berdaya di ranjang rumah sakit, merasakan sakit yang saya pun tidak  mampu dan berani membayangkannya. Mereka seharusnya masih berlari-lari, bermain dengan teman-temannya, masih menikmati masa kanak-kanak yang menyenangkan diluar sana, bebas dari aturan ini itu, bebas dari pandangan kosong, pemandangan raut muka orang tua yang khawatir dan bingung bagaimana mencari dana untuk membiayai biaya penyembuhan yang diluar jangkauan mereka.


Dari hal-hal itu saya berpikir, diluar saya banyak sekali orang, anak-anak kecil yang jauh kurang beruntung dibanding dengan saya, banyak dari mereka tidak hidup di tempat yang layak, makan dan minum hanya ketika benar-benar butuh dan ada, perhatian serta kasih sayang orang tua dan keluarga yang kurang atau bahkan tidak ada, ingin sekolah namun keadaan tidak memperkenankan, ingin bebas berlari-larian namun mungkin tidak mampu..mungkin karena sakit atau mungkin karena kaki yang dibutuhkan untuk berlari tidak lengkap.

Kita atau saya khususnya jarang sekali untuk bersyukur, selalu mengeluh dengan keadaan saya. Setiap diberi tugas malas untuk mengerjakan, makan harus yang kenyang dan enak, dan kadang tidak dihabiskan, tidak puas dengan barang-barang yang kita miliki, iri dengan gadget-gadget baru teman-teman kita, punya uang lebih langsung kita hambur-hamburkan hanya untuk hal-hal yang tidak ada gunanya sama sekali.

Saya sangat ingin membantu anak-anak yang kurang beruntung itu. Saya sudah mencoba melakukan hal-hal kecil yang semoga akan terus secara konsisten saya lakukan dan tentunya secara nilai menjadi lebih besar. Oh, iya...saya juga senang karena ternyata orangorang di dekat saya juga sedikit-sedikit mulai sadar dengan hal ini, mereka juga dengan caranya masing-masing menunjukan kepedulian mereka.

Saya jadi ingat dengan perkataan-perkataan dosen atau beberapa orang yang pernah saya temui. Banyak terjadi korupsi di negara ini dikarenakan orang-orang terlalu rakus memenuhi keinginan pribadi mereka. Mereka kurang memiliki hati yang "halus", dan menurut saya salah satu cara "memperhalus" hati adalah dengan lebih banyak melihat kebawah, membantu mereka yang kurang beruntung. Orang-orang yang kaya namun masyarakat disekitarnya masih kesulitan untuk mencari makan harusnya malu atas dirinya sendiri, sebegitu rakusnya mereka untuk tidak berbagi dengan orang-orang yang tidak mampu. Materi tidak akan dibawa mati, Bung!

Semoga orang-orang baik dan dermawan di dunia ini diberi panjang umur sehingga mereka mampu membantu orang-orang yang dilanda oleh kesusahan.

Sebaiknya tulisan ini selesai disini dari pada makin ngelantur..hahaha....
(^^,)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar